Herpes Simplex: Simply Explained – Ringkas

Herpes genital adalah infeksi menular seksual (IMS) yang cukup umum. Penyebabnya adalah virus herpes simpleks (HSV), yang dapat menular melalui kontak kulit ke kulit saat aktivitas seksual. Meskipun lesi atau luka akibat herpes bisa diobati, virusnya tetap tinggal di dalam tubuh dan berpindah dari kulit ke saraf Inilah alasan mengapa herpes bisa kambuh. Jadi obat hanya untuk mempercepat penyembuhan luka dan meringankan gejala.

Sebagian orang yang terinfeksi mungkin hanya mengalami gejala ringan atau bahkan tidak menunjukkan gejala sama sekali, tetapi tetap dapat menularkan virus. Bagi yang mengalami gejala, rasa nyeri, gatal, dan luka di area kelamin, anus, atau mulut bisa muncul. Meski jarang, herpes juga bisa menular dari ibu ke bayi saat persalinan.

Jenis virus Herpes Simpleks (HSV):

  • HSV tipe 1 (HSV-1). Jenis ini biasanya menyebabkan infeksi pada mulut dan bibir, yang dikenal sebagai herpes oral. Infeksi ini umumnya ditularkan melalui kontak langsung dengan virus pada luka, air liur, atau area di sekitar mulut. Namun, HSV-1 juga dapat menular ke area kelamin dan anus melalui kontak oral, menyebabkan lepuh di area tersebut.
  • HSV tipe 2 (HSV-2). Tipe ini lebih sering menyebabkan infeksi pada area kelamin dan anus, yang dikenal sebagai herpes genital. Virus ini ditularkan melalui hubungan seksual dengan kontak kulit, luka, atau cairan yang mengandung virus. HSV-2 biasanya menyebar saat kontak langsung dengan area kelamin atau anus yang terinfeksi.

Mungkinkah penularan terjadi tanpa gejala?

Banyak orang yang terinfeksi herpes tidak menunjukkan gejala dan bahkan tidak menyadari telah terinfeksi. Bagaimana hal ini bisa terjadi?

Salah satu alasan utama adalah asymptomatic shedding, yaitu saat virus aktif dikeluarkan dari kulit atau selaput lendir dengan aktivitas yang rendah, sehingga tidak ada gejala yang muncul pada orang yang menularkan.

Artinya, seseorang bisa menularkan virus meskipun tidak ada gejala yang dirasakannya pada saat itu. Proses ini lebih sering terjadi pada HSV-2 daripada HSV-1, dan menjadi faktor penting dalam penyebaran infeksi herpes.

Apa saja gejala infeksi HSV?

Meskipun beberapa orang terinfeksi herpes tanpa gejala, biasanya gejala muncul antara 2-21 hari setelah kontak seksual berisiko. Gejala yang umum meliputi:

  • Luka lepuh (cold sores) atau luka terbuka di dalam atau sekitar mulut atau bibir, atau di sekitar alat kelamin atau anus.
  • Luka dan lepuh ini biasanya terasa nyeri.
  • Lepuh bisa pecah, mengeluarkan cairan, kemudian membentuk koreng.
  • Pada episode pertama, bisa muncul gejala seperti demam, meriang, gejala flu, dan nyeri kepala sebelum lepuh muncul.

Infeksi herpes yang berulang dikenal dengan istilah ‘outbreak’. Gejala saat outbreak biasanya lebih ringan dibandingkan infeksi pertama. Frekuensi outbreak bervariasi antara individu dan juga dapat berubah seiring waktu pada individu yang sama.

Outbreak lebih umum terjadi dengan infeksi HSV-2 daripada HSV-1. Outbreak cenderung lebih sering terjadi dalam beberapa bulan hingga tahun pertama setelah infeksi awal. Beberapa pemicu yang dapat menyebabkan outbreak, antara lain:

  • Kekebalan tubuh yang kurang baik
  • Paparan sinar matahari
  • Siklus menstruasi
  • Stres emosional
  • Operasi
  • Konsumsi obat yang menekan system kekebalan tubuh

Bagaimana mendiagnosis infeksi HSV?

Diagnosis herpes ditegakkan melalui pemeriksaan fisik oleh dokter saat ada luka lepuh di area mulut atau kelamin. Pemeriksaan penunjang yang disarankan untuk mendiagnosis herpes adalah polymerase chain reaction (PCR), dimana sampel diambil dengan menggunakan swab dari luka lepuh atau cairan tubuh. Tes ini mendeteksi materi genetic virus HSV sehingga memiliki tingkat akurasi dan sensitivitas yang tinggi.

Selain itu, tes serologi menggunakan sampel darah untuk memeriksa antibodi (IgM, IgG) HSV-1 atau HSV-2 dapat dilakukan, namun test ini membutuhkan waktu sedikitnya 2 minggu sejak infeksi awal. Perlu diingat ada kalanya antibodi IgM dapat positif meski bukan disebabkan oleh infeksi herpes, misalnya pada kasus infeksi Mononukleosis atau ‘the kissing disease’.

Tatalaksana Herpes

Pengobatan herpes menggunakan obat antivirus seperti acyclovir dan valacyclovir. Obat-obat ini dapat mengurangi lamanya sakit dan keparahan gejala, meskipun tidak menyembuhkan infeksi. Efektivitas obat terbaik jika dimulai dalam 48 jam sejak gejala muncul.

Beberapa cara lain untuk meredakan rasa nyeri dan ketidaknyamanan akibat lepuh adalah dengan mandi air hangat, menghindari pakaian ketat,dan mengoleskan vaselin.

Ada juga terapi supresif untuk mencegah outbreak dengan mengonsumsi obat antivirus setiap hari dalam jangka panjang. Terapi ini disarankan bagi mereka yang sering mengalami outbreak, nyeri hebat atau yang ingin mengurangi risiko menularkan virus kepada orang lain.

Apa yang perlu dilakukan bila terinfeksi Herpes?

  1. Terbuka dengan pasangan terkait kondisi yang  dimiliki.
  2. Hindari faktor pencetus kekambuhan herpes.
  3. Bila  didiagnosis dengan herpes, konsultasikan dengan dokter untuk mendapat pilihan pengobatan yang tepat.
  4. Bila terinfeksi herpes saat hamil, segera konsultasikan dengan dokter untuk mencegah risiko penularan ke janin.
  5. Hindari melakukan hubungan seksual hingga luka pada kulit sudah sepenuhnya sembuh.
  6. Selalu gunakan kondom saat berhubungan seks untuk mengurangi risiko penularan.

Referensi

  1. Centers for Disease Control and Prevention (CDC). Herpes [Internet]. STI Treatment Guidelines. 2022 [cited 2024 Aug 5]. Available from: https://www.cdc.gov/std/treatment-guidelines/herpes.htm
  2. Kang S. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine: Ninth Edition. McGraw Hill; 2018.
  3. Page J, Taylor J, Tideman RL, Seifert C, Marks C, Cunningham A, et al. Is HSV serology useful for the management of first episode genital herpes? Sexually transmitted infections. 2003 Aug;79(4):276–9.
  4. Patel R, Green J, Clarke E, Seneviratne K, Abbt N, Evans C, et al. 2014 UK national guideline for the management of anogenital herpes. International Journal of STD & AIDS. 2015 Apr 9;26(11):763–76.
  5. Sauerbrei A. Herpes Genitalis: Diagnosis, Treatment, and Prevention. Geburtshilfe und Frauenheilkunde. 2016 Oct 18;76(12):1310–7.
  6. World Health Organization: WHO. Herpes simplex virus. World Health Organization: WHO [Internet]. 2023 Apr 5 [cited 2024 Aug 5]; Available from: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/herpes-simplex-virus

Artikel Terkait

Nyeri Saat Berkemih

Bagaimana aku tahu kalau terinfeksi Klamidia dan Gonore

The Silent Syphilis

Kelaminku Pilek

Key and Fact Hepatitis C

The Silent Infection

Previous
Next

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.