Mengenal Berbagai Jenis Kecanduan

Kita semua pasti sudah sering mendengar nasihat yang berkata, “segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik”. Apalagi jika hal yang kita lakukan / konsumsi merupakan  sesuatu yang kita sukai, rasanya akan sulit untuk membatasi diri. Bahayanya, jika kita tidak bisa mengendalikan diri maka kita akan menjadi kecanduan.

Istilah “kecanduan” sendiri biasanya dikaitkan dengan penggunaan obat-obatan terlarang. Nyatanya tidak hanya itu, kita juga bisa kecanduan dengan hal-hal lain seperti kecanduan makanan manis, kecanduan seks, minuman beralkohol, dsb. Apalagi dalam era serba digital ini, tidak sedikit orang yang menjadi kecanduan untuk belanja online, bermain video games, mengakses situs pornografi / melakukan cybersex.

Jadi, bagaimana caranya supaya kita bisa terlepas dari adiksi? Sebelumnya kita harus pahami dulu secara mendalam tentang adiksi.

Adiksi (kecanduan) adalah kondisi ketergantungan terhadap sesuatu hal yang dapat memengaruhi fisik dan mental serta menimbulkan perubahan pada pola pikir, perasaan, dan perilaku seseorang. Terdapat dua jenis adiksi, yaitu adiksi zat (mis. Alkohol, Opioid, Kanabinoid, Sedativa, Kokain, Stimultan, Halusinogen, Tembakau, dll) dan adiksi perilaku (mis. video game, media sosial, pornografi, internet, judi, dll).

Apa yang terjadi pada otak yang mengalami adiksi? Ketika melakukan sesuatu yang membuat kita senang, otak melepas hormon dopamin. Oleh karena itu, saat mengalami adiksi maka otak menjadi “kebanjiran” dopamin, yang jika berlangsung dalam jangka panjang dapat merusak kondisi otak. Akibatnya seseorang menjadi lambat dalam berpikir, tidak dapat mengambil keputusan dengan optimal, bahkan terjadi penurunan motivasi.

Pada kasus adiksi sendiri, ada banyak alasan seseorang melakukan / mengonsumsi sesuatu, diantaranya:

  1. Situasional, di mana seseorang melakukan / menggunakan suatu hal karena dorongan situasi lingkungan sosial. Misalnya karna peer pressure yang memengaruhi orang tersebut.
  2. Rekreasional, kondisi di mana seseorang melakukan / menggunakan suatu hal karena ingin mendapatkan kesenangan tersendiri.
  3. Eksperimental, ingin coba-coba karena rasa ingin tahu yang besar.
  4. Dependen, sudah tergantung dengan hal tersebut.

Ciri-ciri seseorang mengalami adiksi antara lain:

  • Kompulsif (memiliki keinginan yang kuat untuk mengonsumsi / melakukan sesuatu)
  • Sulit mengendalikan diri dari kecanduannya
  • Mengabaikan hal lain dan mudah marah jika diganggu
  • Gejala toleransi (dimulai dari sedikit lalu menjadi bertambah karena tidak puas)
  • Gejala putus zat (merasakan dampak fisik seperti sakit kepala, kram perut, dll)
  • Tetap melakukan meskipun mengetahui dampak buruknya

Tentu saja dampak dari adiksi tidak hanya terfokus pada kesehatan fisik, namun juga kesehatan mental dan kehidupan sosial. Seseorang dengan adiksi akan cenderung menjadi depresi dan mudah cemas, yang mana akan mempengaruhi fungsi sosialnya (mis. kinerja di kantor menjadi menurun karna sulit konsentrasi, hubungan dengan pasangan dan keluarga menjadi renggang, dsb). Dampak yang paling buruk adalah munculnya halusinasi.

Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengobati adiksi/kecanduan adalah, pertama konsultasi untuk mengetahui apakah benar mengalami adiksi. Jika memang sudah terdiagnosa, maka dapat melakukan psikoterapi atau konseling untuk mencari solusi. Pada kasus adiksi yang sudah berat dapat dilakukan farmakoterapi, yaitu terapi yang disertai obat-obatan. Langkah terakhir adalah proses rehabilitasi untuk membentuk pola perilaku yang lebih positif hingga bisa keluar dari adiksi.

Diperlukan proses penyembuhan yang menyeluruh untuk bisa keluar dari perilaku adiksi, namun setiap orang memiliki kecocokan metode penyembuhan yang berbeda. Ada orang yang lebih nyaman dengan psikoterapi yang lebih privat, namun ada juga yang lebih memilih untuk berbagi cerita melalui support group, dsb. Yang tidak kalah penting adalah keinginan dari diri sendiri untuk berubah menjadi lebih baik, dan pastinya dibutuhkan dukungan dari orang-orang terdekat seperti keluarga dan kerabat.

Patut diingat bahwa ketika kesadaran itu muncul, maka kita harus berkonsultasi. Jangan melakukan self-diagnose, karna diperlukan pemeriksaan mendalam terkait faktor-faktor penyebab adiksi yang terjadi pada seseorang. Selain memberikan pendampingan, psikiater ataupun dokter harus memberikan dosis obat yang tepat agar tidak menimbulkan masalah yang lebih berat.

Untuk bisa keluar dari adiksi tidak akan selalu mudah, namun pasti ada jalan keluar. Oleh karena itu, jangan pernah sungkan untuk mencari bantuan orang lain.

Bila ingin tahu lebih lanjut tentang adiksi, Sahabat bisa menonton ulang webinar Kacapikir: “Mengenal Berbagai Jenis Kecanduan” yang dibawakan oleh dr. I. Gusti Ngurah Agastya, SpKJ (Psikiater Angsamerah) dan Ken Sheila (Staff Yayasan Kharisma) pada kanal YouTube Angsamerah.

 

Webinar ini telah terlaksana pada Sabtu, 19 Juni 2021 bersama dengan Yayasan Kharisma.

Artikel Terkait

Kecanduan Seks?

Kenali kokain

Kriteria diagnosis gangguan penggunaan ZAT (menurut DSM V)

Quiz

QUIZ – Nomophobia

Apa sich yang dimaksud dengan adiksi?

Resource

Kegawatan Daruratan Adiksi Napza

Previous
Next

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.