Pemanfaatan Teknologi Kesehatan dalam Mengelola Layanan dan Program Kesehatan Primer Sektor Swasta

Tulisan ini tertuang karena saya diundang sebagai pembicara di Pertemuan Nasional Jaringan Penelitian HIV Indonesia 2022 Desember ini. Senang banget menjadi pembicara tentang Teknologi Kesehatan (TK), meskipun saya bukan ahlinya. Saya memberanikan diri menerima undangan tersebut dengan pertimbangan bahwa opini dari perspektif saya sebagai pengguna/penerima manfaat teknologi kesehatan dapat bermanfaat bagi sahabat lain yang bergerak di layanan dan program kesehatan, khususnya di sektor swasta. Semoga begitu ya.

Kesempatan tersebut membantu saya merefleksikan kembali makna TK, baik dalam kehidupan sehari-hari saya secara pribadi maupun sebagai profesional klinisi dan pengelola organisasi swasta di bidang kesehatan.

Supaya tulisan saya tidak melantur, saya merujuk pemahaman TK menurut beberapa sumber.

  • Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan TK sebagai “penerapan pengetahuan dan keterampilan terorganisasi dalam bentuk perangkat, obat-obatan, vaksin, prosedur, dan sistem yang dikembangkan untuk memecahkan masalah kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup.”
  • UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang tercantum dalam pasal 42 menyatakan bahwa
    • Ayat 1. Teknologi dan produk teknologi kesehatan diadakan diteliti, diedarkan dan dikembangkan dan dimanfaatkan bagi kesehatan masyarakat.
    • Ayat 2. Teknologi kesehatan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) mencakup segala metode dan yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit, mendeteksi adanya penyakit, meringankan penderitaan akibat penyakit, menyembuhkan, memperkecil komplikasi dan memulihkan kesehatan setelah sakit.

Pemahaman di atas dan pengalaman pribadi dalam menikmati kemajuan teknologi, meyakini saya bahwa perkembangan dan penggunaan teknologi bermanfaat memenuhi kebutuhan hidup saya sehari-hari dan menjadikan kegiatan lebih mudah, cepat, dan tepat. Apalagi perkembangan teknologi digital begitu pesat.

Manfaat dan tantangan TK

Manfaat kemajuan teknologi dapat dirasakan dunia kesehatan—bidang profesi yang saya geluti sebagai dokter klinisi dan pengelola organisasi yang bergerak di usaha sosial bisnis kesehatan dasar. Renungan beberapa hari ini menghasilkan pandangan bahwa kemajuan TK memang bermanfaat, sekaligus menantang. Variasi tantangannya tergantung kebutuhan dan kondisi/situasi saat memutuskan untuk memilih dan mengakses teknologi kesehatan yang tepat.

TK ternyata tidak berdiri sendiri. Ia terkoneksi jenis teknologi lain, terutama teknologi bidang informasi, komunikasi, dan pendidikan. Contoh teknologi bidang informasi dan komunikasi: website, televisi, radio, e-mail, handphone, aplikasi pesan singkat dan media sosial, aplikasi meeting seperti Zoom, Google Meet, dan teknologi pendidikan seperti pembelajaran daring.

Saya mengilustrasikan perkembangan TK yang pesat saat ini seperti shopping mall yang ramai berisi variasi pilihan model dengan tawaran menarik dan intens, riuh pengunjung yang ingin membeli/menggunakan. Pembeli bahkan berebut mendapatkannya sesuai variasi tantangan setiap individu dalam hal kebutuhan/tujuan, kemampuan, dan situasi/setting. Lebih jelasnya variasi itu seperti:

  • Perbedaan antara kebutuhan teknologi dan tujuannya. Ini berlaku untuk sektor publik, swasta, dan/atau pemerintah.
  • Ketersedian dana. Ada atau tidak mampu, dana mandiri vs dana orang lain/organisasi, atau daerah/negara/hibah.
  • Belum siap diakses. Baru tahap display saja karena teknologinya masih tahap penelitian/uji coba, atau baru model/prototipe, atau harus inden karena masih harus diimpor, atau belum bisa diakses karena ada peraturan tertentu yang wajib dipatuhi.
  • Bingung memilih. Apakah untuk kebutuhan klinis seperti skrining, diagnostik, pengobatan, atau pencegahan, atau untuk paduan semuanya? Apakah kita memilih semata-mata mengikuti keinginan atau memang murni ada kebutuhan? Apakah kita memilih berdasarkan kepentingan pribadi, atau untuk kebutuhan organisasi, daerah, dan nasional?
  • Terpaksa memilih teknologi tertentu karena alasan mayoritas sudah menggunakan, sehingga mau tidak mau kita mengikuti agar memudahkan dan murah.
  • Tanpa sadar kita sekadar mengikuti tren biar terlihat maju.
  • Tidak ada lagi ruang memilih, karena sudah langsung tersedia dan wajib menggunakan sekalipun ada kemungkinan teknologi tersebut tidak sesuai.
  • Pertimbangkan sistem security and privacy data. Jangan sampai data yang terkumpul dan data pribadi seseorang memungkinkan diakses tanpa izin, bahkan sampai diperjualbelikan oleh orang yang tidak memiliki akses.
  • Pemanfaatan teknologi tersebut untuk tujuan kesehatan masyarakat atau kesehatan perorangan
  • Mempertimbangkan besaran biaya yang terbatas untuk penyelamatan nyawa akan terkesan tidak manusiawi. Bila yang butuh TK adalah orang yang kita kasihi, pasti kita berusaha keras mendapatkannya, berapa pun biayanya atau di mana pun alat itu berada, bahkan sekalipun teknologi tersebut belum memiliki pembuktian ilmiah.

Secara spesifik tantangan terbesar bagi saya yang bekerja di sektor swasta adalah bagaimana menyesuaikan cara memilih yang paling tepat dengan ketersediaan dana, sumber daya, dan infrastruktur organisasi. Angsamerah peduli pada secured and privacy data pasien dan perusahaan, mengingat layanan kami berhubungan erat dengan area yang sarat stigma: kesehatan seksual, infeksi menular seksual dan HIV, serta kesehatan jiwa.

Bila pemilihan tidak tepat, alih-alih seharusnya membantu, yang terjadi justru sebaliknya. TK yang kita pilih dan gunakan jadinya bikin ribet. Sudah mahal, eh tidak efektif. Sangat berbeda bila kita mengerti tujuan investasi penerapan teknologi tersebut. Meskipun mengeluarkan dana besar, tidak masalah selama ada perhitungan cost-benefit analysis, yaitu proses membandingkan/analisis perkiraan biaya dan manfaat yang terkait dengan keputusan pembelian usaha/produk/jasa.

Izinkan saya berbagi pengalaman memilih pemanfaatan penerapan TK dari perspektif Angsamerah. Artinya saya sebagai organisasi swasta yang menerapkan pendekatan kewirausahaan sosial dalam menyediakan diferensiasi model-model layanan kesehatan primer yang dibutuhkan masyarakat, khususnya terkait layanan kesehatan seksual dan kesehatan jiwa serta penyakit terkait lain. Sebagian besar pelayanan kesehatan di Angsamerah berhubungan dengan kesehatan masyarakat program pemerintah, baik program rutin dengan dana pemerintah, maupun program inisiasi/sewaktu yang bersumber dari dana hibah lewat kementerian, atau langsung ke organisasi swasta. Yayasan Angsamerah berpengalaman menerima dana hibah dari beberapa organisasi internasional, seperti program USAID, ASHM, dan saat ini yang masih berlangsung dari AIDS Healthcare Foundation.

Ada beberapa model layanan dan program kesehatan investasi mandiri yang diciptakan dan dikelola organisasi Angsamerah: klinik, konsultasi online, praktik dokter mandiriapotek, mobile clinic Angsamerah POS (Health Check Point), dan program edukasi Kacapikir dan website blog Angsamerah yang saat ini memuat lebih dari 800 artikel dan aplikasi manajemen Angsamerah desain kami sendiri. Kami menggunakan variasi teknologi, sesuai tujuan setiap unit model dan kebutuhan manajemen organisasi Angsamerah sebagai perusahaan terbatas dan yayasan. Variasi teknologi tersebut saling terhubung.

Bagaimana kami memilih TK yang tepat guna?

Ada 3 tahap yang saya dan tim lakukan, yaitu:

Tahap pertama. Secara umum kami merujuk pada ekspektasi TK yang ideal, seperti berikut:

  • Terbukti memberikan akurasi dan kualitas tertinggi.
  • Efek samping nol dan tidak invasif.
  • Tidak ribet melainkan praktis mengoperasikannya, hasil cepat, perawatan murah, mudah, dan responsif.
  • Murah, bahkan bisa diakses gratis atau tersedia sebagai open source. 
  • Mudah diakses di mana saja.
  • Aman bagi lingkungan.

Meskipun demikian, saya realistis juga sih bahwa teknologi yang sempurna itu hanyalah ilusi. Teknologi yang ideal itu relatif. Mengapa? Kebutuhan manusia sangat kompleks, tak terbatas mengikuti perubahan kesehatan manusia yang konstan berevolusi bersama perubahan lingkungan dan sosial budaya, sedangkan proses menghasilkan teknologi “ideal” sangat terbatas serta dipengaruhi faktor proses perkembangan pengetahuan dan keahlian, waktu, tenaga, dan biaya.

Tahap kedua. Menganalisis secara tajam dan menyeluruh:

  • Tujuan kebutuhan teknologi: klinis, nonklinis, atau untuk keperluan manajemen.
  • Mengapa teknologi tertentu dibutuhkan. Juga pelajari perbedaan serta hubungan antara teknologi yang ada/lama dan baru.
  • Mengenali mitra penjual/pemberi dan yang membantu kami dalam mendesain atau mengoperasikan teknologi tersebut.

Tahap ini membantu proses memilih teknologi yang kami butuhkan menjadi sistematis dan pendek, dan teknologi yang terpilih mampu berintegrasi dengan teknologi yang sudah kami miliki.

Tahap ketiga. Hasil pilihan teknologi pada tahap kedua kami saring menggunakan 5 elemen penyaring yang rutin kami diskusikan, yaitu:

  • Kualitas.

Kami akan terus berupaya memilih teknologi dengan akurasi terbaik. Baik untuk tujuan skrining, diagnostik, pengobatan, maupun tujuan lain. Selain itu  pertimbangkan keamanannya: ada atau seberapa besar risiko teknologi terhadap pasien/klien/pengguna, staf kami, dan lingkungan.

  • Client base-oriented.

Memastikan teknologi terpilih memprioritaskan manfaat yang berbasis pada kebutuhan klien/pasien.

    • Untuk kebutuhan skrining, diagnostik, dan pengobatan: tidak invasif/tidak menyakitkan, tidak ada efek samping yang membahayakan, hasil cepat, atau mungkinkah pasien melakukan sendiri.
    • Untuk customer care: memudahkan klien mengakses informasi dan layanan, semisal: booking, respons cepat, tidak perlu menunggu lama, dan tidak ribet.
    • Biaya yang tidak membebani klien/pasien. Lebih baik lagi bila kami bisa mengupayakan klien/pasien mengakses tanpa biaya.
  • Penyedia layanan/program. Memperhatikan teknologi yang operasionalnya memudahkan tim teknis, baik tenaga kesehatan maupun nonmedis, dalam menjalankan tugasnya. Biasanya teknologi baru sulit di awalnya saja karena kita belum terbiasa. Dengan pelatihan sejak awal, teknologinya mudah dipelajari dan dioperasikan dengan zero human error. That’s okay.

Saya berikan contoh pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi, terkait manajemen data pelayanan yang menggunakan aplikasi Angsamerah. Mulai dari staf medis dan nonmedis yang bertugas booking janji meng-entry data pasien/klien, kemudian paramedis melengkapi data, dokter mengisi diagnosis dan hasil pemeriksaan, teknisi laboratorium melengkapi hasil, apoteker melakukan logistik obat/vaksin, kasir dan manajemen keuangan membereskan pembayaran, setiap unit usaha melakukan monitoring dan evaluasi, dan lain-lain, semua terhubung.

Teknologi hendaknya mudah dioperasikan tim. Juga ada tim yang selalu siap memberikan asistensi dalam menyelesaikan masalah yang muncul dalam pengoperasian.

  • Manajemen.
    • Memastikan variasi teknologi yang akan dipakai terintegrasi dengan perangkat lain, sehingga meminimalkan pengulangan dalam semua proses antardivisi/unit/individu. Contoh: dari saat pasien booking, kunjungan, follow-up, kemudian pengumpulan data, sistem keuangan dan akutansi, termasuk survei kepuasan pelanggan, semua terintegrasi.
    • Memudahkan komunikasi dan koordinasi antara tim dan pihak luar, kemudahan mengakses data tim subunit dengan tetap memperhatikan dan menjaga keamanan dan privasi data.
    • Teknologinya tidak mudah rusak, perawatannya mudah, bahan penunjang yang habis pakai mudah diperoleh dan pasti disuplai tepat waktu/tidak on and off, serta tidak mahal. Penting juga memperhatikan tersedianya tim yang bertanggung jawab dan responsif dalam mengatasi masalah yang muncul mendadak.
    • Monitoring, supervisi, dan evaluasi penggunaan yang mudah.
    • Memperhatikan perhitungan cost-benefit analysis penggunaan teknologi.
    • Teknologi manajemen data yang terintegrasi pemanfaatan dengan isu keamanan dan privasinya.
  • Marketing, teknologi mendukung pendekatan sosial marketing kami. Maksudnya TK mampu menggabungkan promosi, marketing, dan pesan-pesan edukasi melalui platform teknologi yang berkembang pesat saat ini seperti website (artikel – blog) terkoneksi dengan media sosial (Instagram, Facebook, Twitter, Linkedin).

Ketiga tahap proses penyaring ini membantu saya dan tim menghadapi ragam teknologi yang berkembang pesat. Kami tidak ngos-ngosan, mampu meminimalkan/ mengantisipasi keribetan. Kami juga mampu mengendalikan biaya penggunaan teknologi. Ketika muncul teknologi yang lebih baru, kami tidak perlu merombak sistem yang sudah berjalan dan mengerjakan dari nol lagi. Teknologi lama dan teknologi terbaru bisa diintegrasikan, atau teknologi lama di-upgrade.

Demikianlah deskripsi perenungan singkat saya tentang pemanfaatan TK dari sudut pandang user. Semoga bermanfaat bagi sahabat.

Akhir kata sebagai pengingat kita bersama:

“… Teknologi yang sempurna adalah sebuah ilusi atau teknologi yang idealpun bersifat relatif, manusia adalah sang pengemudi dalam mengembangkan dan memanfaatkan teknologi semaksimal mungkin untuk tujuan kemanusiaan.”
“…be specific, stay focus and do it step by step. Mulailah dari yang bisa kita lakukan tanpa biaya, atau sesuaikan dengan kemampuan. Jangan lupa jeli untuk memanfaatkan yang sudah ada.”

Selamat berkarya dengan bahagia, sahabat!

Artikel Terkait

Membangun dan Mengelola Klinik, Mahal atau Murah?

Dunia bergerak sangat cepat, sudah siapkah?

Angsamerah di Praktik Dokter Mandiri Depok, Dr. Lamsaria Siburian

Forum “Market-driven Approaches to Advance the Financial Sustainability of Community-based HIV Services in Asia”

Bangkok, Thailand 2022

Nurlan Silitonga Mewujudkan Layanan Kesehatan yang Ramah dan Berkualitas

Enam Tahapan Menyusun Rencana Bisnis

Previous
Next

Jadwalkan sesi dengan
Dr. Nurlan & Partners sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.