Analisis Semen Secara Mikroskopis

Pembahasan kali ini akan lebih dalam membahas pemeriksaan lanjutan semen secara mikroskopis.

Pemeriksaan mikroskopis awal meliputi pemeriksaan:

  1. Agregasi dan aglutinasi
  2. Pemeriksaan elemen seluler lain selain spermatozoa

Agregasi dan aglutinasi

Agregasi adalah perlengketan spermatozoa yang imotil (tidak bergerak) atau motil (bergerak) dengan elemen ejakulat lain (mucus strand, sel lain ataupun debris). Sedangkan aglutinasi adalah perlengketan antara sesama spermatozoa motil.

Aglutinasi perlu dilaporkan lebih lanjut dengan menjelaskan jenis perlekatan dan derajatnya. Agregasi tidak memiliki makna berarti karena tidak berkontribusi kepada infertilitas. Sedangkan aglutinasi memiliki makna terhadap infertilitas yang disebabkan faktor imunologi.

Derajat aglutinasi yang berat wajib dilanjutkan dengan pemeriksaan Mixed Agglutination Reaction (MAR) tes untuk mendeteksi antibodi anti-sperm.

Pemeriksaan elemen seluler lain selain spermatozoa

Selain spermatozoa, ejakulat terdiri dari sel epitel saluran kencing, eritrosit, bakteri dan sel bulat. Sel bulat dapat berupa sel benih imatur (immature germ cells) atau leukosit. Keduanya memiliki relevansi klinis yaitu bila terdapat sel benih imatur dalam jumlah besar mengindikasikan adanya disfungsi spermatogenesis. Sedangkan bila terdapat leukosit dalam jumlah besar mengindikasikan adanya inflamasi. Semua elemen selular lain, seperti eritrosit, epitel dan bakteri perlu dilaporkan pada hasil pemeriksaan.

Analisis mikroskopis lanjut meliputi:

  1. Motilitas sperma
  2. Jumlah spermatozoa
  3. Morfologi spermatozoa

Motilitas spermatozoa

Pada proses pembuahan alami, spermatozoa perlu bergerak dari lendir leher rahim menuju oosit yang berada di tuba wanita. Oleh sebab itu motilitas spermatozoa yang baik berkorelasi dengan angka kehamilan. Pemeriksaan motilitas mulai dilakukan segera setelah proses likuifasksi untuk menghindari perubahan temperatur dan pH, serta dehidrasi.

Motilitas spermatozoa diklasifikasikan menjadi empat kelompok kelas sebagaimana dijelaskan pada tabel berikut:

Tabel klasifikasi motilitas spermatozoa

Menurut WHO 2010, nilai ambang bawah motilitas adalah PR 32% atau total motilitas (PR + NP) 40%. Perhimpunan Dokter Spesialis Andrologi (PERSANDI) menetapkan nilai ambang bawah motilitas untuk Indonesia adalah PR 40% dan total motilitas 50%. Pertimbangan tersebut dilakukan agar ada konsistensi antara nilai referensi ini dengan panduan pemeriksaan vitalitas spermatozoa.

Apabila pada hasil pemeriksaan diperoleh nilai motilitas kurang dari referensi, maka pada kesimpulan akan dilaporkan sebagai kondisi asthenozoospermia.

Baca juga: Apa Itu Cek Sperma?

Jumlah spermatozoa

Pada pria yang fertil jumlah spermatozoa dapat digunakan untuk menentukan prognosis dan diagnosis. Jumlah spermatozoa digunakan untuk menentukan prognosis karena menggambarkan jumlah sperma yang dapat diberikan pada pasangan ketika berhubungan. Dapat juga digunakan untuk diagnosis karena mampu menggambarkan keluaran sperma testis, patensi sistem duktus dan cadangan sperma epididimis.

Selain itu jumlah spermatozoa juga berhubungan dengan waktu untuk menghamili (Time to pregnancy) dan angka kehamilan (pregnancy rate). Jumlah spermatozoa umumnya dijelaskan dalam bentuk konsentrasi, total sperm number, dan total motile sperm count.

Konsentrasi sperma menggambarkan tingkat pengenceran semen oleh cairan kelenjar aksesoris epididimis saat diejakulasikan. Konsentrasi sperma diukur untuk menghitung total sperm number pada ejakulat dengan mengalikan konsentrasi sperma dengan volume semen.

Jumlah spermatozoa pada ejakulat dipengaruhi waktu abstinensia dan volume testis.

Banyaknya ejakulasi perhari juga dapat meningkatkan pemulihan spermatozoa karena epididimis tidak dikosongkan pada satu kali ejakulasi. Semakin panjang waktu abstinensia dan semakin besar volume testis akan meningkatkan total sperm number.

Morfologi/bentuk spermatozoa

Spermatozoa terdiri dari kepala, leher, midpiece, principal piece, dan endpiece. Namun, end piece sulit untuk diamati dengan mikroskop cahaya. Untuk itu, pada pemeriksaan morfologi spermatozoa, spermatozoa dibagi menjadi empat bagian pengamatan, yaitu kepala, mid piece, principal piece, dan excess residual cytoplasm (ERC).

Sebuah spermatozoa dianggap normal apabila normal pada semua bagian pengamatan tersebut. Berikut ini gambaran sel spermatozoa:

sel spermatozoa

Kriteria bentuk spermatozoa normal ditentukan dari pengamatan pada spermatozoa yang diambil dari saluran reproduksi wanita terutama lendir endoserviks pasca sanggama dan pada permukaan zona pelusida sel telur wanita. Karena spermatozoa yang ditemukan pada lokasi tersebut dianggap spermatozoa yang memiliki potensi untuk membuahi (spermatozoa dengan morfologi normal).

Kriteria bentuk sperma yang normal  secara umum memiliki bentuk kepala oval, midpiece yang utuh dan ramping, principal piece yang utuh tidak patah secara tiba-tiba. Akrosom terlihat lebih jelas dan menutupi 40-70% area kepala sperma. Vakuola tidak melebihi 20% area akrosom dan tidak terdapat di wilayah pasca-akrosom. Sitoplasma menempati <30% volume kepala dianggap spermatozoa normal.

Baca juga: Inferetilitas Pada Pria

Banyak bentuk spermatozoa abnormal yang bisa ditemukan pada berbagai segmen;

a. Kelainan pada kepala : kepala berbentuk oval besar, kecil, meruncing, berbentuk buah pir, kepala bervakuola, tanpa kepala, kepala ganda, kepala dengan bentuk irregular.

Kelainan pada midpiece dan principal piece : ekor melingkar, patah atau berganda.

Berikut gambaran beberapa spermatozoa dalam analisa sperma:

spermatozoa dalam analisa sperma

Gambaran apusan semen setelah pewaranaan khusus yang dilihat melalui mikroskop fase kontras.

  1. Spermatozoa dengan bentuk kepala normal
  2. Spermatozoa dengan bentuk dan ukuran kepala yang abnormal
  3. a. Cytoplasmic droplet, 3b. Kelainan midpiece, 3c. Sitoplasma yang berlebih
  4. Kelainan kepala dan midpiece
  5. Kelainan kepala dan ekor
  6. Kelainan kepala, midpiece dan ekor

Analisa tambahan meliputi:

  1. Uji vitalitas sperma
  2. Tes imunologi/ Uji Mixed Agglutination Reaction (MAR)

Uji vitalitas spermatozoa

Pada kondisi spermatozoa banyak yang tidak bergerak (PR <40%), maka perlu diuji apakah spermatozoa imotil ini mati atau hidup. Uji ini juga dapat mengonfirmasi ketepatan pemeriksaan motilitas. Persentase spermatozoa motil tidak mungkin melebihi persentase spermatozoa yang vital. Demikian juga persentase spermatozoa yang mati tidak mungkin melebihi persentase spermatozoa imotil.

Pemeriksaan menggunakan metode pewarnaan khusus.

Kerusakan membran/dinding sel spermatozoa yang telah mati akan menyerap zat warna sehingga pada pemeriksaan akan memberikan warna yang berbeda antara sel spermatozoa yang hidup dan yang mati. Spermatozoa yang hidup akan memberikan gambaran kepala yang berwarna putih atau pink terang (light pink), sementara spermatozoa yang mati memiliki kepala berwarna merah atau pink gelap.

Hasil uji vitalitas spermatozoa yang vital dan mati dibuat dalam bentuk persentase. Nilai ambang bawah untuk vitalitas spermatozoa adalah 58%. Bila persentase spermatozoa yang mati besar, maka kondisi ini disebut nekrozoospermia. Namun, tidak ada nilai ambang nekrozoospermia yang jelas hingga saat ini.

Uji Mixed Agglutination Reaction (MAR)

Aglutinasi sperma mengindikasikan adanya antibodi sperma spesifik; namun tidak selalu disebabkan karena antibodi dan tidak semua antibodi langsung menyebabkan aglutinasi sperma.

Antibodi antisperma (ASA) ditemukan pada 9.5-18% pria infertil. Antibodi antisperma berhubungan dengan beberapa gangguan yang diamati secara langsung pada analisis semen, seperti likuifaksi memanjang, aglutinasi, penurunan konsentrasi, penurunan motilitas dan kematian spermatozoa, serta gangguan yang tidak dapat diamati secara langsung, yaitu gangguan interaksi spermatozoa-telur.

ASA di dalam semen terdiri dari dua kelas imunoglobulin, yaitu Imunoglobulin A (IgA) dan  Imunoglobulin G (IgG). IgA memiliki dampak klinis yang lebih besar dibandingkan IgG. Kedua imunoglobulin dapat dideteksi pada permukaan spermatozoa menggunakan uji skrining. Uji yang umum dilakukan yaitu uji Mixed agglutination reaction (MAR) dan immunobead.

Uji ini dilakukan dengan mengaduk semen segar dengan partikel lateks (bead). Pada campuran ini ditambahkan anti-IgG atau anti-IgA monospesifik. Pembentukan aglutinasi campuran antara partikel dan spermatozoa motil menunjukkan keberadaan IgG atau IgA pada spermatozoa.

Jika spermatozoa memiliki antibodi pada permukaannya, partikel lateks akan menempel ke spermatozoa. Awalnya, spermatozoa nampak bergerak di sekitar dengan sedikit atau sekelompok partikel lateks yang menempel. Akhirnya, aglutinasi menjadi sangat masif dan gerakan spermatozoa sangat terhambat. Sedangkan spermatozoa yang tidak memiliki antibodi akan berenang secara bebas di antara partikel.

Pada pemeriksaan ini, hanya spermatozoa motil yang dihitung untuk menentukan persentase aglutinasi. Jika persentase nya lebih dari 50% mungkin infertilitas disebabkan faktor imunologi.

Baca juga: The Penis Book

Resume hasil analisis semen

Hasil analisis semen dilaporkan dengan nomenklatur yang mendeskripsikan kuantitas dan kualitas spermatozoa, seminal plasma dan elemen seluler lain di dalam seminal plasma. Nomenklatur ini digunakan untuk menggambarkan kondisi semen pasien dibandingkan dengan nilai referensi. Akhiran ‘spermia’ merujuk kepada seminal plasma dan ‘zoospermia’ kepada spermatozoa.

Berikut nilai referensi untuk analisis semen:

nilai referensi untuk analisis semen

Bila ditemukan sampel dengan parameter yang nilainya di luar nilai referensi maka akhiran ‘zoospermia’ diletakkan hanya satu kali pada bagian akhir nomenklatur.

Sebagai contoh, apabila jumlah (konsentrasi) dan gerak prograsif spermatozoa kurang dari nilai referensi, maka hasil analisis semen dilaporkan sebagai ‘oligoastenozoospermia’, bukan ‘oligozoospermia dan astenozoospermia’. Apabila jumlah (konsesntrasi), gerak progresif, dan morfologi normal spermatozoa kurang dari nilai referensi, maka hasil analisis semen dilaporkan sebagai ‘oligoastenoteratozoospermia’.

Kondisi seminal plasma dilaporkan dengan menulis nomenklaturnya setelah nomenklatur spermatozoa. Sebagai contoh apabila pada sampel oligozoospermia didapatkan kadar leukosit 2 juta/ml ( lebih dari nilai referensi), maka hasil analisis semen dilaporkan sebagai ‘oligozoospermia & leukospermia’.

Berikut ini nomenklatur hasil analisis semen:

nomenklatur hasil analisis semen

Referensi

  • Nieschlag, Eberhard. Hermann M., dan Sudan Nieschlag. 2010. Andrology Male reproductive health and dysfungction 3rd Edition. Berlin : Springer
  • Agustinus, I’tishom, R. Lunardhi, H., and Supardi. 2019. Buku Ajar Analisis Semen Batu Penjuru Evaluasi Fertilitas Pria. 1 st. Surabaya : Airlangga University Press
  • WHO. 2021. WHO laboratory manual for the Examination and processing of human semen. 6 th. Edited by L. Bjorndahl. Geneva : WHO

Artikel Terkait

Mandingo

The Penis Book, Chapter 5

Hepatitis B dan Penularannya

Prostat dan Penuaan

Piranha

The Penis Book 2, Chapter 3

Bagaimana Mengukur Kekerasan Ereksi?

Midnight Express

The Penis Book 2, Chapter 8

Previous
Next

Buat janji dokter sekarang

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.