Dulu, saat saya masih berpraktik sebagai dokter umum, cukup menangani kasus infeksi menular seksual (IMS). Namun, satu hal selalu menarik perhatian saya: pasien-pasien yang datang untuk konsultasi tidak selalu seperti yang mungkin dibayangkan kebanyakan orang.
Bukan preman dengan tato, tindikan, atau penampilan yang “liar.” Sebaliknya, banyak dari mereka adalah bapak-bapak dengan penampilan rapi, suami yang terlihat baik, sopan, dan terhormat. Mereka terlihat seperti pria biasa yang tak akan dicurigai terlibat dalam hubungan di luar pernikahan.
Namun, ketika didiagnosis IMS, cerita berubah. Mereka bersedia menjalani pengobatan, tetapi kebanyakan menolak membawa istri mereka ikut berobat. Padahal, dalam pengobatan IMS, mengobati pasangan adalah langkah penting untuk mencegah penularan kembali.
Beberapa bahkan meminta saya memberikan obat untuk istri mereka tanpa mengajak istri berkonsultasi, membuat saya bertanya-tanya, apakah istrinya diberitahu tentang kondisi yang sebenarnya atau tidak.
Baca juga: Mengenal Infeksi Menular Seksual
Pengalaman-pengalaman ini membuat saya berpikir bahwa, dalam banyak kasus, perempuan menjadi korban ketidaksetiaan suaminya. Maaf jika terkesan menyudutkan kaum laki-laki, tetapi fakta yang saya temui menunjukkan banyak pria yang tampaknya baik di mata keluarga dan masyarakat, namun melakukan hubungan berisiko di luar nikah. Mereka terinfeksi IMS dan tanpa disadari menularkan penyakit tersebut kepada istri atau pasangan mereka.
Data terbaru di Indonesia menunjukkan peningkatan signifikan kasus sifilis dan HIV pasca-pandemi COVID-19. Yang lebih memprihatinkan, banyak kasus baru ditemukan pada ibu rumah tangga yang tidak memiliki riwayat berganti-ganti pasangan—mereka tertular dari suaminya. Ini menjadi alasan penting untuk membahas vaksinasi HPV, langkah krusial dalam melindungi perempuan dari risiko kanker serviks.
Kanker serviks masih menjadi ancaman serius di Indonesia, dengan angka prevalensi dan kematian yang tinggi. Pemerintah saat ini aktif menyediakan vaksin HPV untuk anak perempuan di sekolah, dan kita patut mengapresiasi upaya ini. Sebagai orang tua, memberikan vaksinasi HPV adalah salah satu cara terbaik untuk melindungi kesehatan anak perempuan kita di masa depan, terutama ketika mereka mulai memasuki usia menikah.
Selain vaksinasi, skrining pranikah juga sangat penting dalam mencegah IMS dan masalah kesehatan lain yang mungkin muncul dalam pernikahan. Beberapa negara, seperti Arab Saudi dan Uni Emirat Arab, sudah mewajibkan skrining pranikah untuk mendeteksi IMS dan penyakit genetik, demi melindungi calon pasangan dari risiko yang bisa muncul setelah menikah.
Langkah ini bisa dipertimbangkan untuk diterapkan lebih luas di Indonesia, mengingat kasus IMS di sini cenderung seperti fenomena gunung es—banyak yang tidak terdeteksi hingga kondisinya sudah parah.
Masalah IMS sering kali hanya terungkap ketika penyakit sudah berkembang serius. Para suami enggan memeriksakan diri ke dokter sampai infeksi menjadi lebih parah atau bahkan mengancam nyawa. Ironisnya, istri sering kali baru mengetahui kondisi ini ketika penyakit sudah sangat parah.
Ada kasus-kasus tragis di mana pasangan suami istri sama-sama menderita, bahkan meninggal, meninggalkan anak-anak yang juga terinfeksi. Situasi ini sungguh memprihatinkan.
Baca juga: Kanker Serviks
Karena itulah, di Klinik Kiera, kami sangat peduli terhadap penanganan penyakit seksual dan reproduksi. Bekerja sama dengan Klinik Angsamerah, kami menyediakan layanan lengkap terkait IMS, mulai dari konsultasi, pengobatan sifilis, pemeriksaan HIV, hingga layanan skrining pranikah. Semua konsultasi dijamin bersifat privat dan rahasia, sehingga pasien tidak perlu khawatir tentang kerahasiaan kondisi mereka.
Harapan kami adalah semakin banyak orang yang sadar akan pentingnya pencegahan dan pengobatan IMS sebelum kondisinya menjadi serius. Bersama-sama, kita bisa menjaga kesehatan reproduksi, tidak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk pasangan dan keluarga.
Dengan langkah preventif seperti vaksinasi HPV dan skrining pranikah, kita dapat melindungi generasi mendatang dari ancaman penyakit yang sebenarnya bisa dicegah, memastikan mereka tumbuh sehat dan terlindungi.