Kesehatan Reproduksi dan HIV Di Tengah Ketidaktahuan dan Sorotan Prioritas

Bagi orang dengan HIV, memahami dan menerapkan prinsip kesehatan reproduksi sangat penting untuk mencegah penularan virus melalui hubungan seksual tanpa perlindungan, serta untuk merencanakan kehamilan dan mencegah penularan dari ibu ke anak.

Banyak perempuan dengan HIV rutin memeriksakan kesehatan reproduksi mereka. Namun, biaya layanan yang tinggi sering kali menjadi alasan mengapa pemeriksaan hanya dilakukan setahun sekali. Jika layanan kesehatan reproduksi terintegrasi dengan layanan HIV dan penyakit menular lainnya, hal ini akan sangat membantu, termasuk untuk remaja.

Meskipun beberapa dari kita rutin memeriksakan kesehatan reproduksi, banyak yang belum menyadari betapa pentingnya langkah ini. Misalnya, Ayu Oktariani (F) dari Bandung, yang secara rutin memeriksakan diri setiap tahun sebagai tindakan pencegahan.

Ayu Oktariani, seorang perempuan dengan HIV dari Bandung, menjelaskan bahwa dia memeriksakan diri setiap tahun sebagai tindakan pencegahan. Dia menekankan pentingnya perencanaan yang matang untuk pencegahan dan kehamilan yang membuat layanan konseling kontrasepsi sangat penting.

Selain Ayu, ada juga Hages di Depok dan Asti di Yogyakarta yang secara rutin memeriksakan kesehatan reproduksi mereka. Hages menganggap penting untuk menjaga kesehatan reproduksi dengan baik, termasuk melalui pemeriksaan screening kanker payudara dan kanker serviks. Dia menyadari bahwa perempuan dengan HIV memiliki risiko tambahan terkait hormon dan penyakit tertentu.Sementara itu, Asti menyoroti pentingnya layanan kesehatan reproduksi yang terintegrasi dan menyeluruh, terutama bagi perempuan dengan HIV yang berencana untuk hamil.

Sementara itu, Asti menekankan pentingnya layanan kesehatan reproduksi yang terintegrasi dan komprehensif, terutama bagi perempuan dengan HIV yang ingin merencanakan kehamilan. Baginya, persiapan dan perencanaan kehamilan harus dilakukan dengan baik untuk mencegah penularan pada janin yang dikandung.

Saya merasa kesehatan reproduksi memang harus dipantau dan dijaga dengan baik, karena itulah saya rutin periksa,” Hages Budiman, Depok, Perempuan dengan HIV.

Persiapan dan perencanaan kehamilan bagi perempuan dengan HIV menjadi sangat penting supaya mereka paham bagaimana tindakan pencegahan yang harus dilakukan agar janin yang dikandung tidak tertular, karena itu, layanan yang terintegrasi dan menyeluruh sangat penting. Harus lengkap, nyaman, dan memadai,” Asti, Yogyakarta, Perempuan dengan HIV.

Tidak hanya perempuan, laki-laki dengan HIV juga perlu mengakses layanan kesehatan reproduksi, meskipun kesadaran akan pentingnya hal ini masih kurang.

Tidak hanya perempuan, laki-laki dengan HIV juga perlu mengakses layanan kesehatan reproduksi, meskipun kesadaran akan pentingnya hal ini masih kurang.

Samsu Budiman dari Depok, misalnya, rutin memeriksakan diri untuk pencegahan IMS, konsultasi kontrasepsi, dan masalah kesehatan reproduksi lainnya sebagai langkah antisipatif. Faruq dari Semarang, yang juga hidup dengan HIV, merasa cemas dan selalu memeriksa kesehatan reproduksinya setiap kali melakukan pemeriksaan darah atau mendapatkan ARV. Ia menekankan perlunya layanan yang lebih ramah terhadap laki-laki, karena banyak yang merasa malu atau kurang paham.

Bahkan menurut Rizka dari Kalimantan Barat, idealnya, layanan Layanan kesehatan reproduksi yang terintegrasi dengan layanan HIV dan kanker sangatlah penting. Bahkan pemeriksaan Kesehatan pun harus menjadi rutinitas bulanan yang terjadwal tanpa menunggu gejala. Namun, tantangan seperti biaya dan keterjangkauan layanan yang ramah masih ada.

Nining Ivana dari Jakarta dan Ika Rayni dari Bali juga menegaskan pentingnya layanan yang tidak diskriminatif dan terjangkau, termasuk untuk pap smear, KB, pencegahan IMS, dan informasi tentang kanker, sehingga perencanaan kesehatan keluarga bisa dilakukan dengan baik.

Namun, ketika layanan tersebut tidak ramah dan tidak melindungi pasien, orang bisa enggan untuk memeriksakan diri. Padahal, informasi dan layanan kesehatan reproduksi sangat diperlukan bagi mereka yang ingin menikah dan memiliki keturunan secara aman, terutama bagi pengidap HIV.

Bagi orang dengan HIV, akses ke pengobatan antiretroviral (ARV) yang dapat mengurangi risiko penularan seksual (dengan menurunkan viral load pada orang dengan HIV) menjadi penting. Oleh karena itu, pemahaman dan implementasi definisi kesehatan reproduksi menurut WHO sangat penting bagi mereka yang hidup dengan HIV, untuk mendukung kualitas hidup mereka dan melindungi hak-hak mereka sebagai manusia.

Baca juga: Pesan ODHIV untuk Semua

Narasumber: AR16, Asti Septiana, Ayu Oktariani, Faruq, Hages Budiman, Ika Ayu Rayni, Ika Rizka, Nining Ivana, Jio, Langit, Memey, Ready Boy Panjaitan, RS, Samsu Budiman, Yoji, Yta. Catatan: Izin penulisan nama asli narasumber telah diberikan saat pengambilan data.

Artikel Terkait

Layanan Testing, Pengobatan dan Perawatan HIV Berbasis Komunitas

A “Heart” Disease

Keterlibatan Masyarakat Sipil di G20 Indonesia 2022

Tes HIV anonimus (tanpa identitas) tersedia di Angsamerah

Webinar

The Forgotten Epidemy

Akankah Indonesia Menghentikan AIDS pada Tahun 2030?

Now Available

PrEP di Angsamerah

Previous
Next

Hubungi Kami

Silahkan gunakan formulir ini kapan saja untuk menghubungi kami dengan pertanyaan, atau untuk membuat janji.

Anda juga dapat menghubungi kami melalui WhatsApp atau telepon pada jam klinik di +62 8111 368 364.